Lebaran Santri Tuna Netra
Ada pepatah mengatakan “Apa yang Orang Pikirkan itulah Dia”, seperti halnya “Kesepian itu datang dari pikiran seorang. Jika orang tersebut Berpikir kesepian maka itulah yang akan dia rasakan, Namun bila dia berpikir keramaian maka keramaian Pula yang akan dia rasakan.”
Pada umumnya, masyarakat lndonesia memiliki tradisi yang rutin dilakukan setiap setahun sekali yaitu melakukan mudik atau pulang ke kampung halaman menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kebiasaan mudik masyarakat lndonesia ini terjadi bagi mereka yang bekerja ataupun bersekolah di luar kota asalnya. Ketika lebaran datang, ribuan bahkan jutaan masyarakat lndonesia yang merantau akan berbondong-bondong pulang ke kampung halamanya masing-masing. Sehingga bukan menjadi hal yang baru bila mudik sudah menjadi tradisi masyarakat lndonesia di kala lebaran tiba.
Tingginya antusias pemudik membuat kebanyakan dari mereka tidak memperdulikan kesulitan-kesulitan yang akan mereka alami dalam perjalanan mudik menuju kampung halaman. Mereka tidak peduli meski harus berdesak – desakan di stasiun, mengalami macet yang begitu panjang, sehingga kenaikan tiket yang sangat drastis, dan hal sebagainya. Itu semua mereka perjuangkan demi merayakan Idul Fitri di kampung halaman bersama keluarga tercinta.
Gambaran cerita diatas tergambar pula pada para santri dan santriwati tuna netra pesantren Sam’an Darusshudur Bandung setiap libur lebaran tiba mereka menyambutnya dengan penuh suka cita dan penuh riang gembira, bentuk ekspresi kesenangan ini mereka luapkan atas bentuk syukur dan nikmatnya mereka setelah menimba ilmu selama setahun lamanya dan dapat bertemu sanak keluarga dan saudara mereka dikampung halamannya mereka.
Pesantren tuna netra Sam’an Darusshudur adalah pesantren pertama di Jawa Barat yang memiliki santri dan santriwati yang berasal dari seluruh wilayah di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke, mereka dipertemukan di pesantren, belajar di pesantren dan menikmati indahnya kebersamaan di pesantren bersama rekan-rekan tuna netra. Santri dan santriwati pesantren Sam’an Darusshudur Bandung berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia tercatat mereka tersebar di daerah Aceh, Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, dan Kalimantan. Mereka pulang dengan berbagai macam cara ada yang dijemput oleh orangtua mereka, diantar dengan travel, dapat tiket mudik gratis yang bekerja sama dengan ITQAN, bentuk kerjasama ITQAN dan Pesantren Sam’an adalah bentuk solidaritas bagi penyitas tuna netra dengan diadakannya mudik gratis santri dan santriwati Sam’an Darusshudur sangat terbantu dan meringankan beban mereka untuk dapat berjumpa dengan keluarga di kampung halaman mereka. Adapun santri yang pulang sendiri yaitu Purbo dia seorang santri yang berasal dari Malang Jawa Timur, ditengah kekurangannya jarak bukanlah masalah, baginya untuk bertemu dengan keluarga dan sanak saudaranya di Jawa Timur, baginya diperlukan keyakinan yang kuat, rasa cinta kepada keluarga, maka sejauh apapun jaraknya ia arungi. Purbo adalah salah satu contoh dari sebagian teman-temannya tuna netra yang memiliki keberanian dan percaya diri yang tinggi, meskipun ia penyitas tuna netra namun instingnya dalam menentukan arah sangatlah kuat dan tangkas dalam menentukan jalan kemana ia harus pulang ke rumahnya. Inilah sepenggal cerita para santri dan santriwati Ketika libur lebaran tiba semuanya tidak lain dan tidak bukan untuk menemui keluarga dan sanak saudara mereka untuk bersilaturahmi, silatu-al-rizqi dan silatu-al-umri hal ini menjadi tradisi tahunan santri dan santriwati tuna netra pesantren Sam’an Darusshudur Bandung ketika libur Idul Fitri.
Sebelum mereka pulang ke kampung halamannya masing-masing kegiatan rutin yang diadakan di pesantren tuna netra Sam’an Darusshudur adalah mushoffahah atau berjabat tangan dengan para dewan asatidz yang menjaga mereka dan membimbing mereka selama di pesantren. Kegiatan ini dilakukakan sebagai bentuk kasih sayang dan memaafkan bila ada salah dan khilaf dari para santri maupun asatidz, karena pada hakikatnya setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan dan setiap perpisahan itu bagaimana kita dapat mengakhirinya dengan hati yang lapang dan jiwa yang tenang.
Libur Idul Fitri membawa kenangan sendiri bagi setiap warga Indonesia terkhusus bagi mereka para santri dan satriwati pesantren tuna netra Sam’an Darusshudur Bandung, karena pada momen inilah indahnya kebersamaan dan berkumpul dengan keluarga adalah momen berharga bagi setiap insan yang menikmati nikmatnya Ramadhan sebulan penuh.